Do we really have to love ourselves first?

Tiara Febriani
3 min readMay 9, 2022

--

source: Pexels

Banyak orang mengatakan kalau hidup itu seperti roda berputar, ada saatnya berada di puncak teratas roda yang diibaratkan sebagai kehidupan yang membahagiakan, dan ada saatnya berada di bagian bawah roda kehidupan yang diartikan sebagai keterpurukan.

Ketika seseorang berada di titik nadirnya, banyak orang yang dengan mudahnya mengucapkan “kamu bisa mengatasinya, tapi pertama-tama hal yang perlu kamu lakukan ialah…mencintai dirimu sendiri.”

Tapi…apakah mencintai diri sendiri merupakan langkah pertama yang harus dilakukan untuk melangkah melewati titik terendah hidup?

Dulunya, Aku seperti mereka…juga seperti influencer yang pada umumnya selalu menyebarluaskan pentingnya mencintai diri sendiri, terlebih pada saat hidup ingin sekali diserahkan kepada pemilik-Nya.

source: Pexels

Ucapan untuk “mencintai diri sendiri terlebih dahulu sebelum memulai suatu hal.” bagai ucapan yang paling memuliakan di generasi ini.

Namun, bagaimana caranya kita harus mencintai diri sendiri, ketika kita tidak kenal diri kita sendiri? Atau bahkan kita terlalu menyerah untuk mencoba mencintai diri sendiri?

Perlahan-lahan kita harus memahami dan mengerti, bahwa hidup ini penuh dengan banyak sudut pandang yang dapat ditilik, dan akhir-akhir ini salah satu perspektif yang ‘menganggu’ sampai membuat Aku mulai menulis lagi ialah antitesis dari ucapan “cintailah dirimu sendiri terlebih dahulu.”

Mungkin memang ada atau banyak orang yang berhasil melangkah maju dengan mencintai dirinya sendiri terlebih dahulu, dan hanya fokus kepada dirinya. Namun semua orang memiliki pengalaman, perasaan dan pemikiran yang berbeda, hal itu pula yang membuat seorang manusia unik.

Mencintai diri sendiri terlebih dahulu bukanlah hal yang wajib dilakukan, dan akan menjadi langkah yang salah apabila tidak dilakukan. Bagi sebagian orang, langkah yang bisa dilakukan ialah menerima validitas dari orang lain.

Terdengar agak naif dan narsis memang, namun… manusia tetaplah makhluk sosial, yang juga butuh seseorang untuk bertahan dan tetap tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik.

source: Pexels

Narasi Yuki Sohma dari Anime dan Manga berjudul Fruit Basket, yang membawaku dengan perspektif ini. Pernyataan Yuki yang kumaksud ialah sebagai berikut:

“They say that we should love ourselves first before other people learn to love us, but it’s not as easy as it seems. Sometimes we need someone to accept us and love us first, then we would learn to see ourselves through that person’s eye and learn to love our-self.”

Selain itu, ada narasi lain dari Yuki Sohma yang juga membuat Aku sadar bahwa dukungan dari orang lain sangat berarti bagi sebagian orang dan menjadi langkah awal dalam melewati rintangan keterpurukan. Kutipan tersebut ialah sebagai berikut:

“…I think when someone accepts you, for the first time you feel like you can forgive yourself a little..you can begin to face your fears.”

Lalu bagaimana dengan caraku yang mengatasi keterpurukan?

Aku melakukannya dengan menerima secangkir teh hangat manis dari seseorang yang siap mendengar ceritaku.

source: Pexels

Pada akhirnya, semua orang punya caranya sendiri untuk melewati keterpurukan hidup, dan mencintai diri sendiri terlebih dahulu bukan satu-satunya cara yang dapat dilakukan.

Masih ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi rasa keterpurukan yang kamu alami, jadi jangan putus asa…dan jangan ragu untuk meminta bantuan dengan orang disekitarmu.

--

--